Wednesday, June 15, 2011

Kenalan dulu

Ini adalah blog saya. Blog ini punya saya. Saya yang punya blog ini. Jadi intinya saya yang buat blog ini...hahahaha

Selamat datang di blog Ekyra Jimbo
Seorang yang luar biasa tapi kacau
Saya anak pertama dari 2 bersaudara, adik saya katanya beda sama saya.

Saya sekarang kuliah..jadi mahasiwa lah gayanya..hahaha
Saya punya Band..namanya FLIS..tanggal 19 ini Launching album lho..hahaha

Udah?
Apa lagi ya? Wis..ahh

Monday, June 13, 2011

Tugas sing nomer siji


Tradisi Teh Poci Di Kabupaten Brebes

Teh, merupakan sebuah minuman yang sudah biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Meminum teh merupakan pilihan bagi banyak orang untuk melepas lelah setelah menjalankan aktivitas yang penat. Teh juga dipercaya sebagai obat dan mempunyai berbagai macam manfaat dan khasiat. (Uki, 2010 )
Sebagian diantara kita ada yang memilih gaya hidup dengan teh sebagai simbol-simbol identitasnya. Di beberapa tempat di negeri kita, minum teh bahkan menjadi sebuah sub-budaya, yang dikemas dalam sebuah tata-krama “ritual”. Tidak terkecuali di daerah pesisir utara jawa tengah, tepatnya di Kabupaten Brebes hingga Tegal.
Kabupaten Brebes, merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota dan Kabupaten Tegal. Oleh karena itu, masyarakat Kota Brebes juga mengenal tradisi minum teh yang sering disebut teh poci. Tradisi ini begitu kuat dan mengakar pada masyarakat Kota Brebes yang masih satu dialek dengan masyarakat Tegal.
Teh poci terdiri dari teh, gelas cangkir dan teko kecil yang terbuat dari tanah liat. (Uki, 2010 ). Rasa teh yang khas membuat teh poci banyak digemari bukan hanya orang setempat bahkan juga orang yang berasal dari daerah lain di Indonesia.

Sejarah Teh Poci
Tidak ada yang tahu pasti kapan tradisi ini muncul, akan tetapi tradisi ini muncul di daerah Slawi Kabupaten Tegal yang kemudian menyebar ke daerah di sekitarnya seperti Tegal dan Brebes dan berkembang pada tahun 1930an karena banyak bermunculan pabrik-pabrik teh di daerah tersebut. Pada zaman kolonial, tradisi ini menjadi popular dikalangan masyarakat sehingga menjadi budaya lokal sampai sekarang.

Teh Poci yang Nikmat
Kabupaten Tegal memang mempunyai banyak perkebunan dan industri teh, baik yang skala besar maupun kecil. Untuk memenuhi permintaan pasokan industri teh di Tegal, sebagian bahan baku didatangkan dari Jawa Barat yang memang merupakan sentra produksi teh terbesar di Indonesia. Pasokan daun dari perkebunan teh Jawa Barat ini kemudian diolah di pabrik-pabrik di Tegal menjadi beberapa jenis minuman teh dan dipasarkan ke daerah sekitarnya termasuk Kabupaten Brebes.
Teh poci yang terkenal dengan semboyan WASGITEL (Wangi, Sepet, Legi, Kentel) pada umumnya teh yang menggunakan jenis teh hitam, teh melati dan teh hijau. (Uki, 2010 ).  Dari masing-masing jenis teh tersebut terdapat keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Kebiasaan meminum teh poci ini disebut CIPOK alias Moci karo  Ndopok ( meminum teh poci sambil    ngobrol ). (Uki, 2010 ).   Hal inilah yang membuat teh poci dinikmati bersama-sama dengan teman atau keluarga. Hal tersebut membuat bermunculan banyak  sekali bisnis  lesehan yang merambah di  kawasan Kota Brebes terutama di sekitar alun-alun Kota Brebes.  Di malam hari  akan dengan mudah kita temui banyak warung-warung lesehan di pinggir jalan yang mengakses ke alun-alun yang menyajikan teh poci. Hal tersebut disebabkan masyarakat lebih suka menikmati teh poci ditempat yang terbuka dan pada waktu malam hari meskipun sebenarnya teh poci bisa dinikmati kapanpun juga.
Teh poci biasanya disajikan beserta hidangan seperti goreng-gorengan, kue dan makanan kecil lainnya. Akan tetapi masyarakat Brebes lebih sering menyajikan gorengan sebagai hidangan pelengkap untuk menikmati teh poci. Teh poci akan lebih nikmat apabila menggunakan gula batu karena teh poci sangat kental dan pahit sehingga perlu gula yang sangat manis seperti gula batu.
Dengan hanya membayar sepuluh ribu rupiah, kita sudah dapat menikmati teh poci bersama teman Anda ditambah hidangan pelengkap seperti goreng-gorengan. Sistem harga teh poci sangatlah unik, karena yang dihitung adalah jumlah cangkirnya. Contohnya adalah kita akan mendapatkan dua gelas cangkir, satu teko poci dan satu termos plus satu piring gorengan dengan harga sepuluh ribu rupiah. Dan jika kita meminta cangkir lebih maka kita harus membayar lagi.
                Menikmati teh poci merupakan wadah bagi masyarakat untuk bersosialisasi. Karena selain mempertahankan tradisi leluhur, tradisi tersebut merupakan sebuah upaya dalam membangun komunitas sosial. Dengan begitu, rasa kebersamaan dan kekeluargaan akan terjalin antara satu individu dengan individu lainnya.
Tips Menyajikan Teh Poci

Menyajikan teh Poci tidaklah sembarangan karena jika kita sembarangan menyajikannya, maka cita rasa teh poci menjadi hilang. Untuk menjaga agar cita rasa teh poci ada tips dan caranya sendiri. Jika kita baru membeli teko teh poci maka sebelum digunakan teko tersebut direndam dengan menggunakan teh selama kurang lebih tujuh hari. Hal tersebut bertujuan agar aroma tanah dari teko tersebut hilang dan berganti menjadi aroma teh. Teko poci juga tidak boleh dicuci dengan sabun, cukup dengan dibilas dengan air panas. Kerak yang ada di dalam teko tersebut jangan dikerok karena kerak tersebut yang membuat cita rasa teh poci semakin mantap. Ketika kita menikmati teh poci, hendaknya lubang pada moncong teko harus ditutup dengan bungkus teh, hal ini ditujukan agar aroma teh dan panasnya tidak cepat hilang.
Tradisi minum teh poci haruslah kita jaga karena merupakan tradisi leluhur. Karena suatu tradisi merupakan cerminan dari suatu masyarakat. Tradisi tersebut haruslah kita pegang teguh agar tidak tergerus oleh zaman dan budaya asing. Penulis juga berharap agar para pemuda dapat melestarikan tradisi yang terancam lenyap.
Minum teh poci bukan hanya sebuah kegiatan semata, melainkan karena disitu kita akan mendapatkan sebuah proses sosialisasi dan interaksi antar-individu yang berguna bagi setiap individu. Tradisi minum teh poci juga merupakan hasil karya manusia yang tercipta karena adanya cipta, rasa, dan karsa yang diberikan kepada manusia ole Sang Pencipta.